Nilai Etika Dalam Geguritan I Ceker Cipak

  • I Nyoman Warta Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten
Keywords: Nilai-Nilai, Etika, Geguritan

Abstract

Karya sastra merupakan salah satu khasanah budaya bangasa yang adhi luhung, karena di dalamnya terdapat mutiara-mutiara yang terpendam dan nilainya sangat penting untuk  pembentukan krakter dan  kepribadian bangsa. Penggalian naskah-naskah baik dalam bentuk Lontar, Prasasti dan sebagainya akan banyak membuka tabir rahasia yang selama ini sangat gelap bagi kita. Melalui karya-karya seni, khususnya seni sastra diungkapkan  ide-ide yang didalamnya ada idiologi kehidupan yang perlu disebarluaskan kepada masyrakat. Salah satu karya sastra yang dikaji dalam tulisan ini adalah Nilai-Nilai Etika Dalam Geguritan I Ceker Cipak. Geguritan  I Ceker Cipak mengisahkan seorang pemuda desa yang bernama I Ceker Cipak  mengisahkan seorang pemuda desa hidup yatim dan miskin diasuh oleh ibunya tanpa sanak saudara. Dalam kesehariannya ia selalu mengamalkan ajaran kebenaran (dharma), senantiasa berbahkti kepada ibunya serta tabah  menghadapi cobaan. Dengan demikian Geguritan I Ceker Cipak ini dipandang perlu untuk dikaji dalam suatu karya ilmiah. Dalam tulisan  ini akan ditelusuri serta dikaji rumusan masalah yakni: Nilai-Nilai Etika apa saja yang terkandung dalam Geguritan I Ceker Cipak?. Berdasarkan kajian pada Geguritan I Ceker Cipak,  dapat ditemukan Nilai-Nilai Etika Dalam Geguritan I Ceker Cipak sebagai berikut: (1) Nilai Pendidikan Etika. Dalam Geguritan I Ceker Cipak yang berhubungan dengan ajaran Etika seperti: Ajaran Panca Satya yaitu: (1) satya semaya (2) satya herdaya (3) satya mitra (4) satya semaya dan (5) satya laksana. Di samping tersebut juga terdapat (1).nilai kesetyaan Pati Brata, (2) Niali cinta kasih/Tanpa kekerasan, Nilai Sosial Kemasyarakatan. (3) Nilai Pendidikan Estitika. Nilai-Nilai yang terkandung dalam Geguritan I Ceker Cipak dapat dijadikan tonggak landasan baik dalam berpikir, bertutur kata maupun berbuat yang baik dan benar sebagai wujud implementasi ajaran”Tri Kaya Parisaudha”.

References

Agastia, Ida Bagus Gede,1982. Sastra Jawa Kuno dan Kita. Denpasar, Wyasa Sanggraha
Agastia, Ida Bagus Gede, 1980. Geguritan sebagai Sebuah Bentuk karya Sastra Bali. Denpasar, Kertas Kerja Sastra Bali
Jendra, I Wayan.1980. Pengantar Ringkasan Kesusastraan Jawa Kuno dan Linguistik sebagai Ilmu Bantu, Denpasar. Lembaga Penelitian Dokumentasi dan Publikasi Faksa UNUD.
Mantra, Ida Bagus. 1989. Tata Susila Hindu Dharma. Jakarta. Yayasan Dharma Sarathi.
Maswinara, I Wayan. 1989. Konsep Panca Sradha. Surabaya,Paramita.
Pandit, S, Nyoman. 1967. Bhagawadgita. Jakarta, Lembaga Penyelenggaraan Penterjemahan dan Penerbit Kitab Suci WEda Dhammapada Departemen Agama RI
Pudja, Gede, 1992. Theologi Hindu (Brahma Widya). Jakarta. Yayasan Dharma Saratih.
Poerwadarminta,W.J.S.1976. Kamus Lengkap Bahasa Indoneisia, Jakarta, Balai Pustaka.
Sadia, I Wayan. 2010. Melaksanakan Gita sehar-hari Jalan Menuju Tuhan, Surabaya, Paramita.
Sura, I Gede. 1985. Etika dan Pengendalian Diri. Denpasar TP.
Suastawa, I Made. 2008. Eksistensi Geguritan Dharma Kaya Persepektif Aksiologis Pendidikan Agama Hindu. Program Pasca Sarjana IHD. Denpasar.
Wijaya, I Nengah, 1980. Geguritan Tamtam. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wojowasito, Soewojo. 1972. Kamus Kawi Indonesia Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang, FKSS, IKIP.
Wiratmadja, G.K, Adia. 1978. Agama Hindu Sejarah dan Sradha. Denpasar, IHD.
Lontar Geguritan I Ceker Cipak. Koleksi Dinas Kebudayaan Denpasar (Pusdok) dengan No Keropak: 000679, jumlah 56 lembar, Panjang 30 cm, lebar 3,5
Published
2019-08-01
How to Cite
Warta, I. N. (2019). Nilai Etika Dalam Geguritan I Ceker Cipak. Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu, 21(2). https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v21i2.10
Section
Articles