Antusias Umat Hindu Dalam Pelaksanaan Upacara Tawur Kesanga Nasional Di Candi Prambanan Saka 1939
Abstract
Latar belakang pelaksanaan upacara Tawur Kesanga di Candi Prambanan menurut tingkatannya seharusnya ‘Tawur Agung Kesanga’, karena tingkat nasional, namun umat yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta baru bisa meyelenggara tingkat Panca Kelud. Sesungguhnya merupakan upacara Tawur Kesanga Tingakat Provinsi. Ini mencerminkan pada Desa Kala dan Patra yang dilandasi dengan ketulusan serta hari yang suci dan anandham. Candi Prambanan salah satu peninggalan Agama Hindu yang pernah mengalami kejayaan pada masanya. Sehingga dengan harapan anak cucu kita juga mampu meneruskan dan mewariskan kepada generari penerusnya. Mengingat sekarang pendidikan sejarah mengenai peninggalan Hindu sudah semakin berkurang serta niat anak-anak kita sangat minim terhadap sejarah, karena perkembangan jaman dan berbagai faktor. Dengan demikian Pelaksanaan Upacara Tawur Kesanga di Candi Prambanan merupakan salah satu metodelogis tentang pemahaman dan pelastarian peninggalan sejarah Hindu yang wajib kita pertahankan sampai kapanpun. Adapun yang menjadi rumusan masalah ini adalah: (a) Mengapa pelaksanaa Upacara Tawur Kesanga Nyepi Nasional di Candi Prambanan. (b) Persepsi masyarakat terhadap Upacara Tawur Kesanga Nyepi Nasional di Candi Prambanan. (c) Tingkatan Upacara Tawur Kesanga Nyepi Nasional di Candi Prambanan. Guna mengkaji Upacara tawur kesange nyepi menggunakan Teori Relegi, Teori Struktural Simbolik, krangka berpikir. Penelitian ini dilakukan di Candi Prambanan Yogyakarta. Umat Hindu Yogyakarta melaksanakan upacara Tawur Kesanga setiap tahun sekali dalam menjaga kelestarian atau keseimbangan alam semesta. Candi Prambanan adalah peninggalan sejarah kerajaan Hindu terbesar diperbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di sinilah tempat pelaksanaan upacara Bhutayajña Tawur Kesanga bagi umat Hindu Jawa Tengah dan Yogyakarta setiap tahun sekali. Khusus bagi umat Hindu Daerah Istimewa Yogyakarta semestinya melaksanakan upacara Bhutayajña Tawur Kesanga di Perempatan Tugu Yogyakarta, karena alasan keamanan maka pelaksanaan upacara Tawur Kesanga dilakukan di Pelataran Candi Prambanan, dengan tujuan menjaga secara ritual dan spitual keberadaan Candi Prambanan sebagai warisan terbesar agama Hindu, dengan harapan generasi penerus kita agar bisa menjaga dan merawatnya.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, studi kepustakaan. Dengan demikian sehingga penelitian ini layak untuk dilanjutkan sehingga apa yang menjadi harapan dapat terwujud dengan baik
References
2. Bangli, I B. Putu. 2010. Warnaning Sesayut lan Caru. Surabaya: Paramita.
3. Departemen Agama RI,Ditjen Bimas Hindu dan Bhudha.2005.Atharva Weda Samhita, Surabaya Paramita.
4. Donder,Ketut,2007.Kosmologi Hindu, Penciptaan, Pemeliharaan dan Peleburan serta pencitaan Kembali alam semesta, Paramita, Surabaya.
5. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
6. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu.2009. Pedoman Pelaksanaan Manusa Yajña di Jawa. Jakarta:Departemen Agama.
7. Jaman,I Gede.2006.Tri Hita Karana dalam Konsep Hindu. Pustaka Bali Pos.
8. Kemenuh,Ida Pedanda Gde Putra dan Made Negara.1969. Pelaksanaan Upacara Yajña Dalam Agama Hindu. Singaraja: Dinas Agama Hindu dan Bhuda Kabupaten Buleleng.
9. Kadjeng,I Njoman,dkk.2003. Sarasamuccaya. Surabaya: Paramita.
10. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
11. Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.
12. Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
a. Rosdakarya.
13. Mantra,IdaBagus.1981. Bhagawadgita. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Pusat.
14. Pandit,Nyoman S. 1986. Bhagawadgita. Jakarta : BP Dharma Nusantara.
15. PGHN 6 Tahun. Singaraja, Nitisastra Kekawin. Pemda Tingkat I Bali.
16. Pudja.G.Rai Sudharta, Cokorda.2003. Menawa Dharmacastra (Manu Dharmasastra.) Mitra Kencana Buana Jakarta.
17. Pudja, Gde.2004. Bhagawad Gita. Surabaya: Paramita..
18. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali. 1988. Alih Akasara Lontar Tingkahing Caru. Denpasar: Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali.
Penulis yang mengirimkan naskah melakukannya dengan pengertian bahwa jika diterima untuk publikasi, hak cipta dari artikel tersebut akan diserahkan ke Widya Aksara sebagai penerbit jurnal.
Hak cipta mencakup hak eksklusif untuk mereproduksi dan mengirimkan artikel dalam semua bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahannya. Reproduksi bagian manapun dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan pengirimannya oleh segala bentuk atau media, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., Hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Widya Aksara. Namun, Penulis memiliki hak untuk yang berikut:
1. Duplikat semua atau sebagian dari materi yang diterbitkan untuk digunakan oleh penulis sendiri sebagai instruksi kelas atau materi presentasi verbal di berbagai forum;
2. Menggunakan kembali sebagian atau seluruh bahan sebagai kompilasi bahan untuk pekerjaan penulis;
3. Membuat salinan dari materi yang diterbitkan untuk didistribusikan di dalam institut tempat penulis bekerja.
STHD Klaten dan Widya Aksara melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data, pendapat, atau pernyataan yang salah atau menyesatkan diterbitkan dalam jurnal. Dengan cara apa pun, isi artikel dan iklan yang diterbitkan dalam Widya Aksara adalah tanggung jawab tunggal dan eksklusif masing-masing penulis dan pengiklan.