KORELASI NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DENGAN LAKON SEMAR MBANGUN KAHYANGAN

  • Toto Margiyono Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah
  • Dewi Ayu Wisnu Wardani Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah

Abstract

Eksistensi Wayang Kulit tetap bertahan meskipun masyarakat kita telah berada dalam masa globalisasi. Hal ini terbukti dengan dipentaskannya wayang kulit dalam berbagai jenis acara. Cerita yang ditampilkan secara garis besar berasal dari epos Ramayana dan Mahabharata. Cerita Carangan merupakan cerita yang digali dari tempat dimana wayang itu dipentaskan. Lakon Semar Mbangun Kahyangan salah satu cerita carangan yang berkembang dan masih dipentaskan oleh dalang – dalang di Jawa. Lakon ini mengisahkan Ki Lurah Semar akan membangun kahyangan dengan sarana Jimat Kalimasada. Maksud Ki Lurah Semar membuat marah Bhatara Guru sebagai penguasa kahyangan mengira bahwa Ki Lurah Semar akan melengser kedudukannya sebagai Raja di Kahyangan. Ki Lurah Semar membantah semua tuduhan Bhatara Guru, dan menyampaikan bahwa kahyangan yang akan dibangun adalah kahyangan bathinnya.

Struktur lakon Semar Mbangun Kahyangan terdiri dari Tancep Kayun,Jejeran Raja dan Kedhatonan, paseban jawi,jaranan,perang gagal, goro goro, adegan bambangan, perang kembang, jejer manyuro, jejer sintren dan perang brubuh. Nilai pendidikan Agama Hindu terdiri dari nilai pengabdian, nilai keadilan, nilai kerukunan, nilai etika dan nilai religius. Lakon Semar Mbangun Kahyangan pada intinya mengandung amanat bahwa antara dunia lahir dan dunia bathin memerlukan keseimbangan. Oleh sebab itu perlu penyelarasan sehingga kehidupan manusia akan mendapatkan ketentraman, kebahagiaan dan kemakmuran sesuai dengan tujuan Agama Hindu Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.

 

References

Artana, I Dewa Ketut. 2007. Widya Upadesa. Denpasar : Widya Dharma.
Astiyanto, Heniy. 2006. Filsafat Jawa Menggali Butir-Butir Budaya Lokal, Yogyakarta : Warta Pustaka.
Budiardjo, 1982. Wayang dan Filsafat Nusantara. Jakarta : PT. Gunung Agung
Endraswara, Suwardi, 2003, Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kajeng, I Nyoman. 2003. Sarasamuccaya. Surabaya : Paramita
Maswinara, I Wayan. 2008. Bhagawadgita Dalam Bahasa Sanskrta, Inggris dan Indonesia. Surabaya : Paramitha
Mulyono, Sri. 1982.Wayang Asal-Usul dan Masa Depannya. Jakarta : PT. Gunung Agung.
Ngurah, I Gusti Made. 2006. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Paramita.
Poerwadarminta, W.J.S, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
Rif’an Ali, 2010. Buku Pintar Wayang,Jogjakarta : Garailmu
Saifullah, Ali. 1981. Pendidikan Pengajaran & Kebudayaan, : Surabaya Usaha Nasional.
Soetarno dan Sarwanto, 2012. Wayang Kulit dan Perkembangannya, Surakarta : ISI Press dan Cendrawasih
Sudharta, Tjok. 2003. Slokantara. Surabaya : Paramita.
Published
2022-03-05
How to Cite
Toto Margiyono, & Dewi Ayu Wisnu Wardani. (2022). KORELASI NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DENGAN LAKON SEMAR MBANGUN KAHYANGAN. Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu, 27(1), 30-43. https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v27i1.175
Section
Articles