KORELASI NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DENGAN LAKON SEMAR MBANGUN KAHYANGAN
Abstract
Eksistensi Wayang Kulit tetap bertahan meskipun masyarakat kita telah berada dalam masa globalisasi. Hal ini terbukti dengan dipentaskannya wayang kulit dalam berbagai jenis acara. Cerita yang ditampilkan secara garis besar berasal dari epos Ramayana dan Mahabharata. Cerita Carangan merupakan cerita yang digali dari tempat dimana wayang itu dipentaskan. Lakon Semar Mbangun Kahyangan salah satu cerita carangan yang berkembang dan masih dipentaskan oleh dalang – dalang di Jawa. Lakon ini mengisahkan Ki Lurah Semar akan membangun kahyangan dengan sarana Jimat Kalimasada. Maksud Ki Lurah Semar membuat marah Bhatara Guru sebagai penguasa kahyangan mengira bahwa Ki Lurah Semar akan melengser kedudukannya sebagai Raja di Kahyangan. Ki Lurah Semar membantah semua tuduhan Bhatara Guru, dan menyampaikan bahwa kahyangan yang akan dibangun adalah kahyangan bathinnya.
Struktur lakon Semar Mbangun Kahyangan terdiri dari Tancep Kayun,Jejeran Raja dan Kedhatonan, paseban jawi,jaranan,perang gagal, goro goro, adegan bambangan, perang kembang, jejer manyuro, jejer sintren dan perang brubuh. Nilai pendidikan Agama Hindu terdiri dari nilai pengabdian, nilai keadilan, nilai kerukunan, nilai etika dan nilai religius. Lakon Semar Mbangun Kahyangan pada intinya mengandung amanat bahwa antara dunia lahir dan dunia bathin memerlukan keseimbangan. Oleh sebab itu perlu penyelarasan sehingga kehidupan manusia akan mendapatkan ketentraman, kebahagiaan dan kemakmuran sesuai dengan tujuan Agama Hindu Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.
References
Astiyanto, Heniy. 2006. Filsafat Jawa Menggali Butir-Butir Budaya Lokal, Yogyakarta : Warta Pustaka.
Budiardjo, 1982. Wayang dan Filsafat Nusantara. Jakarta : PT. Gunung Agung
Endraswara, Suwardi, 2003, Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kajeng, I Nyoman. 2003. Sarasamuccaya. Surabaya : Paramita
Maswinara, I Wayan. 2008. Bhagawadgita Dalam Bahasa Sanskrta, Inggris dan Indonesia. Surabaya : Paramitha
Mulyono, Sri. 1982.Wayang Asal-Usul dan Masa Depannya. Jakarta : PT. Gunung Agung.
Ngurah, I Gusti Made. 2006. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Paramita.
Poerwadarminta, W.J.S, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
Rif’an Ali, 2010. Buku Pintar Wayang,Jogjakarta : Garailmu
Saifullah, Ali. 1981. Pendidikan Pengajaran & Kebudayaan, : Surabaya Usaha Nasional.
Soetarno dan Sarwanto, 2012. Wayang Kulit dan Perkembangannya, Surakarta : ISI Press dan Cendrawasih
Sudharta, Tjok. 2003. Slokantara. Surabaya : Paramita.
Penulis yang mengirimkan naskah melakukannya dengan pengertian bahwa jika diterima untuk publikasi, hak cipta dari artikel tersebut akan diserahkan ke Widya Aksara sebagai penerbit jurnal.
Hak cipta mencakup hak eksklusif untuk mereproduksi dan mengirimkan artikel dalam semua bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahannya. Reproduksi bagian manapun dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan pengirimannya oleh segala bentuk atau media, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., Hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Widya Aksara. Namun, Penulis memiliki hak untuk yang berikut:
1. Duplikat semua atau sebagian dari materi yang diterbitkan untuk digunakan oleh penulis sendiri sebagai instruksi kelas atau materi presentasi verbal di berbagai forum;
2. Menggunakan kembali sebagian atau seluruh bahan sebagai kompilasi bahan untuk pekerjaan penulis;
3. Membuat salinan dari materi yang diterbitkan untuk didistribusikan di dalam institut tempat penulis bekerja.
STHD Klaten dan Widya Aksara melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data, pendapat, atau pernyataan yang salah atau menyesatkan diterbitkan dalam jurnal. Dengan cara apa pun, isi artikel dan iklan yang diterbitkan dalam Widya Aksara adalah tanggung jawab tunggal dan eksklusif masing-masing penulis dan pengiklan.