YADNYA MENYEIMBANGKAN KESEMESTAAN DAN MENGHARMONISKAN KEHIDUPAN
Abstract
Pustaka suci Atharwa weda.III.I.I menyatakan dengan tegas dan lugas: Satyam brhd rtam ugram, daksa tapa brahma yajnah prthivim dharyanti, sa no bhutasya bhany asya patnyuramlokam. Artinya : Kebenaran yang agung, hukum-hukum alam yang tidak bisa diubah, pengabdian diri. Tapa atau pengekangan diri, pengetauan dan persembahan Yadnya yang menopang bumi, Bumi senantiasa melindungi kita. Semoga dibumi menyediakan ruangan yang luas untuk semua. Yadnya merupakan persembahan suci dari ajaran Weda yang secara nyata (sekala) dapat disaksikan oleh mata, merupakan manifestasi dari perbuatan kebajikan (subhakarma). Di Dalam Lontar “ Tutur Tapeni” menyebutkan bahwa, yadnya sesungguhnya merupakan simbol-simbol yang mengandung kekuatan magis dan memiliki bagian-bagian seperti adanya” Tri Angga Sarira” dan dalam petikan Lontar disebutkan sebbagai berikut: Iki paribasa widhining yadnya luir ipun, yadnya adruwe prabu, tangan , dada muah suku manut manista, madya motama, daksina pinaka hulunia, jerimpen karopinaka asta karo sehananing banten ring areping Widhine pinaka angga sahananing palelabanan pinaka suku”
Melihat dari isi lontar tersebut, maka dapat diambil maknanya bahwa yadnya yang dilaksanakan sangat-sangat penting, karena sudah memberikan kehidupan sehari-hari manusia, keluarga, masyarakat dan negara yang berbudaya memberikan kehidupan harmoni, keseimbangan antara Sang diri dengan Ida Hyang Widhi Wasa, disamping sebagai wahana pendidikan dalam hal membangkitkan nilai bhudi pekereti, etika dan budaya agama untuk mendorong spiritualitas, menyeimbangkan, mengharmoniskan alam beserta isinya, sehingga kesemestaan harmoni dalam peredaran dharmanya.
Simbul keagamaan yang sarat dengan makna kehidupan, dari jaman kejaman telah membuktikan eksistensi kebenarannya, serta selalu memberikan inspirasi bhatin sebagai media penghubung pikiran dan hati setiap manusia. Misalnya yang tidak pernah lepas dalam kehidupan beragama : Huruf Suci Om Kara, Swastika, Senjata Nawa Sanga, simbul-simbul ritual keagamaan menggambarkan ke-Tuhan-an, sastra-sastra agama, budaya agama dan sebagainya. Semua ini merupakan realisasi dari ajaran agama dalam rangka menghubungkan diri dengan Sang Pencipta. Karena terbatasnya pikiran manusia, serta tidak bisa menjangkau yang maha gaib dan tidak terbatasnya Kemaha Kuasaan Tuhan.
References
Pudja, Gede.2005. Bhagawad Gita (Pancama Veda. Paramita Surabaya
Sudarsana, Ida Bagus Putu.2010. Himpunan Tetandingan Ritual Yadnya, Dharma Acarya Bali.
Santiawan, I. N. (2019). Persembahyangan Purnama Dan Tilem Sebagai Moment Strategis Untuk Peningkatan Sraddha Bhakti Serta Pembinaan Umat Yogyakarta. Widya Aksara, 23(2), 1–30. https://ejournal.sthd-jateng.ac.id/index.php/WidyaAksara/article/view/36
Santiawan, I. N. (2021). Implementasi Catur Asrama dalam Mencapai Tujuan Hidup (Catur Purusa Artha). Jurnal Widya Aksara, Vol. 26(2), 294–302. https://doi.org/https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v26i2
Ngurah, I Gusti Made.1998. Buku Pendidikan Agama Hindu untuk perguruan Tinggi, Paramita Surabaya.
Donor I Ketut.2017.Unsur-Unsur Sains Dan Teknologi Dalam Ritual Hindu:Analisis Kritis terhadap Beberapa Sarana dan Pelaksanaan Ritual Hindu Pendekatan Interdisiplinner,Paramita Surabaya.
Kajeng dkk, Sarasamuscaya
Bhagawadgita
Lontar Tutur Tarpini
Penulis yang mengirimkan naskah melakukannya dengan pengertian bahwa jika diterima untuk publikasi, hak cipta dari artikel tersebut akan diserahkan ke Widya Aksara sebagai penerbit jurnal.
Hak cipta mencakup hak eksklusif untuk mereproduksi dan mengirimkan artikel dalam semua bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahannya. Reproduksi bagian manapun dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan pengirimannya oleh segala bentuk atau media, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., Hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Widya Aksara. Namun, Penulis memiliki hak untuk yang berikut:
1. Duplikat semua atau sebagian dari materi yang diterbitkan untuk digunakan oleh penulis sendiri sebagai instruksi kelas atau materi presentasi verbal di berbagai forum;
2. Menggunakan kembali sebagian atau seluruh bahan sebagai kompilasi bahan untuk pekerjaan penulis;
3. Membuat salinan dari materi yang diterbitkan untuk didistribusikan di dalam institut tempat penulis bekerja.
STHD Klaten dan Widya Aksara melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data, pendapat, atau pernyataan yang salah atau menyesatkan diterbitkan dalam jurnal. Dengan cara apa pun, isi artikel dan iklan yang diterbitkan dalam Widya Aksara adalah tanggung jawab tunggal dan eksklusif masing-masing penulis dan pengiklan.