NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI PERANG KETUPAT DESA KAPAL KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI
Abstract
Agama Hindu memiliki tiga kerangka dasar yaitu Tattwa, Susila, Upacara. Upacara atau ritual agama merupakan kerangka dasar yang ketiga Agama Hindu. Ritual agama ini di Bali nampak mendominasi kegiatan keagamaan dalam bentuk persembahyangan atau pemujaan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya atau perwujudannya sebagai Dewa atau Bhatara. Selain itu masyarakat Hindu di Bali banyak diwarisi tradisi-tradisi yang sangat unik oleh nenek moyang kita terdahulu. Seperti salah satunya yang terdapat di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung yang diberi nama Perang Ketupat.
Adapun masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) proses pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (2) fungsi pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (3) nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. Permasalahan ini dikaji dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik, teori fungsional struktural, teori pendidikan humanistik. Dalam memperoleh data dipakai metode observasi, wawancara, dokumentasi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan tradisi perang ketupat dilakukan setiap satu tahun sekali, yaitu pada sasih kapat sampai sasih kalima. kedua kelompok ini saling melempari kelompok yang lain dengan tipat dan bantal dengan jarak yang ditentukan dengan harapan kedua panganan ini berbenturan diatas yang melambangkan telah bertemunya kedua energi feminim dan maskulin kemudian jatuh ketanah yang esensinya pertemuan kedua energi tersebut memberikan kesuburan bagi tanah dan kemakmuran bagi masyarakat Desa Kapal.
Tradisi perang ketupat memiliki fungsi religius yaitu sebagai alat untuk menumbuhkan keyakinan terhadap Tuhan, fungsi sosial yaitu meningkatkan solidaritas sosial dan kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan solidaritas sosial dan rasa kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan budaya agama sehingga meningkatkan sradha dan bhakti, fungsi upacara yaitu agar masyarakat memiliki sikap iklas, taqwa yang mendasari dalam praktek upacara yang dilakukan, dan fungsi pendidikan yaitu untuk mendidik umat yang tergabung dalam proses pelaksanaan upacara secara langsung atau tidak langsung merupakan proses pendewasaan untuk mewujudkan manusia yang lebih manusiawi.
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tradisi perang ketupat yaitu nilai pendidikan tattwa yang memiliki nilai yadnya yang tinggi. Nilai pendidikan susila yaitu generasi muda yang terlibat dalam pelaksanaan diajarkan untuk selalu mengajarkan kepada masyarkat khususnya generasi penerus untuk selalu gotong royong. dan tradisi ini memiliki nilai pendidikan ritual yang mendidik masyarakat melestarikan tradisi peran ketupat yang merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
References
Arikunto. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers
Azwar Saifudin. 2001. Metodologi Penelitian. Bandung ; PT, Remaja Rosdakarya
Bahri, B. Arief Sidhartha. 2008. Konsep merupakan variabel yang digunakan sebagai landasan dasar dan menjawab semua permasalahan yang diajukan. Bandung : Pustaka Sustra
Budiono Herusatoto. 1983. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta : Hanindita
Dwi Nugroho, 1992. Upacara Tanjung Sari Dalam Pitra Yadnya di Desa Dlamas Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Dwina Maheswara, Dewa Komang. 2014. Pelaksanaan Upacara Mesuryak di Banjar Dukuh Desa Dauh Peken Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Hanifrahm. 2012. Teori Interaksionisme Simbolik, diakses tanggal 18 Januari 2019, dari
Hisam Sam. 2019. Tradisi. diakses tanggal 7 Januari 2019, dari
I,G, Badjera Yasa. 1983. Acara Agama II. CV. Nusa Jaya Indah
I Gst. Ag. Mas Putra. 1995. Upakara Yadnya.
I Ketut Sandika. 2014. Membentuk Siswa Berkarakter Mulia. Surabaya : Paramita
I Ketut Wiana. 2009. Suksmaning Banten. Surabaya : Paramita
Koentjaraningrat. 1985. Metode Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia
Komang Suhardana. 2010. Kerangka Dasar Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Lexy J Meleong. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Meleong. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Meleong. 2007. Instrumen Penelitian. Bandung : Paramita
Mestika, Zed. 2004. Metodelogi Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Risa Agustin. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya ; Serba Jaya
Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian Publicrelations Dan Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Suksma Artha Dewi, I Gusti Ayu Made. 2012. Upacara Mesuryak di Banjar Bongan Gede Desa Bongan Kabupaten Tabanan Kajian Pendidikan Agama Hindu. Skripsi (tidak diterbitkan). Denpasar
Titib, I Made, 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya. Paramita
Titib, 2006. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada Anak. Denpasar : Pustaka Bali Post
Tri Guna. 2000. Teori Tentang Simbol. Denpasar : Widya Dharma Universitas Hindu Indonesia
Warno. 2009. Upacara Obong Kalang Dusun Sono Sewu, Dusun Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar : Universitas Hindu Indonesia.
Wiana, I Ketut. 2007. Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu. Surabaya : Paramita
Wijayananda, Ida Pandita Mpu Jaya. 2004. Makna Filosofis Upacara Dan Upakara. Surabaya : Paramita
Wiranata, Anak Agung. 2008. Eksistensi Seni Patung Sapundu Dalam Upacara Tiwah Di Palangka Raya. Tesis Program Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Yogi. 2012. Tradisi Perang Tipat Bantal Sebagai Upaya Pelestarian Nilai Sosial Budaya Dalam Mempertahankan Indentitas Bangsa, Skripsi tidak diterbitkan, Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
Yunita. 2018. Peranan Seni Tari Dalam Peningkatan Eksistensi Pasraman. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Sekolah Tinggi Agama Hindu Santika Dharma Malang
Penulis yang mengirimkan naskah melakukannya dengan pengertian bahwa jika diterima untuk publikasi, hak cipta dari artikel tersebut akan diserahkan ke Widya Aksara sebagai penerbit jurnal.
Hak cipta mencakup hak eksklusif untuk mereproduksi dan mengirimkan artikel dalam semua bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahannya. Reproduksi bagian manapun dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan pengirimannya oleh segala bentuk atau media, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., Hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Widya Aksara. Namun, Penulis memiliki hak untuk yang berikut:
1. Duplikat semua atau sebagian dari materi yang diterbitkan untuk digunakan oleh penulis sendiri sebagai instruksi kelas atau materi presentasi verbal di berbagai forum;
2. Menggunakan kembali sebagian atau seluruh bahan sebagai kompilasi bahan untuk pekerjaan penulis;
3. Membuat salinan dari materi yang diterbitkan untuk didistribusikan di dalam institut tempat penulis bekerja.
STHD Klaten dan Widya Aksara melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data, pendapat, atau pernyataan yang salah atau menyesatkan diterbitkan dalam jurnal. Dengan cara apa pun, isi artikel dan iklan yang diterbitkan dalam Widya Aksara adalah tanggung jawab tunggal dan eksklusif masing-masing penulis dan pengiklan.