NILAI NILAI ETIKA DALAM YADNYA SESA BAGI KEHIDUPAN KESEHARIAN UMAT HINDU DI SURAKARTA
Abstract
Alam semesta dengan segala bentuk ciptaan sebenarnya telah diciptakan melalui proses Yadnya. Karena itu semua yang ada di alam semesta ini juga ditopang oleh Yadnya. Artinya tanpa Yadnya tidak akan pernah ada kehidupan, demikian pula tanpa Yadnya alam semesta ini pasti mengalami kehancuran. Pengertian Yadnya itu sendiri adalah pengorbanan yang tulus dan suci, oleh sebab itu, salah satu kegiatan umat Hindu di dalam menghayati agamanya adalah melalui pelaksanaan Yadnya Sesa. Berdasarkan sastra dan tradisi dalam ajaran agama Hindu, ditemukan petunjuk yang kuat mengenai sarana upacara Yadnya, yang merupakan ciri khas yang kuat di dalam pelaksanaan upacara Yadnya Sesa, antara lain di tempat memasak, di tempat penyimpanan air, di atas genteng, di halaman dan di tugu/tempat suci
Upacara Yadnya Sesa adalah salah satu bentuk Bhuta Yadnya dan manifestasi dari Panca Yadnya yang dilakukan setiap hari (nitya karma) yaitu sehabis memasak di dapur umat Hindu memberikan atau menghaturkan makanan persembahan (banten) sebagai sebuah perwujudan kasih sayang terhadap semua atau sesama makhluk di alam semesta (sarwa prani) dan manifestasi sadhana (bhakti yang terus menerus) kepada Sang Hyang Widhi Wasa menyikapi rasa syukur atas nikmat dan kemurahan rezeki yang diberikan-Nya setiap hari. Yadnya Sesa yang banyak mengandung makna bagi kehidupan umat Hindu diyakini dapat membimbing umat kepada tumbuhnya jiwa sosial, harmonis dan toleran dalam hidup berdampingan dengan sesama makhluk serta menanamkan rasa kasih sayang dan rasa terima kasih atas anugerah Tuhan, Yadnya Sesa hanya mampu dijelaskan dengan bahasa hati dan hanya dapat dipahami oleh orang yang melaksanakannya.
References
Mas, A. A. G. Raka. Tuntunan Susila untuk Meraih Hidup Bahagia. Surabaya: Paramita, 2002.
Mas, A. A. Gede Raka. Moksa, Universalitas dan Pluralitas Bhagawadgita: Sebuah Studi dan Analisis. Surabaya: Paramita, 2007.
Maswinara, I Wayan. Konsep Panca Sraddha. Surabaya: Paramita, 1996.
Observasi ke rumah masyarakat Hindu Cinere, Depok tanggal 22 dan 23 Mei 2007.
Pandey, R. B. Hindu Samskara: Melaksanakan Yadnya Ditinjau dari Segi Moralnya.
Surabaya: Mayasari, 1985.
Pedanda, Ida. Lontar Tutur Andhabhuwana. Denpasar: Puja Pepada, 1967. Pudja, G. Acara Agama Hindu. Surabaya: Paramita, 1985.
Pudja, G. dan Sudharta, Tjokorda Rai. Manawa Dharma Sastra. Jakarta: Nitra Kencana Buana, 2003.
Pudja, G. Pengantar Agama Hindu II. Surabaya: Paramita, 1976. Wawancara pribadi
dengan Bapak A. A. Gede Raka Mas, tanggal 28 Maret 2007
Penulis yang mengirimkan naskah melakukannya dengan pengertian bahwa jika diterima untuk publikasi, hak cipta dari artikel tersebut akan diserahkan ke Widya Aksara sebagai penerbit jurnal.
Hak cipta mencakup hak eksklusif untuk mereproduksi dan mengirimkan artikel dalam semua bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahannya. Reproduksi bagian manapun dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan pengirimannya oleh segala bentuk atau media, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., Hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Widya Aksara. Namun, Penulis memiliki hak untuk yang berikut:
1. Duplikat semua atau sebagian dari materi yang diterbitkan untuk digunakan oleh penulis sendiri sebagai instruksi kelas atau materi presentasi verbal di berbagai forum;
2. Menggunakan kembali sebagian atau seluruh bahan sebagai kompilasi bahan untuk pekerjaan penulis;
3. Membuat salinan dari materi yang diterbitkan untuk didistribusikan di dalam institut tempat penulis bekerja.
STHD Klaten dan Widya Aksara melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data, pendapat, atau pernyataan yang salah atau menyesatkan diterbitkan dalam jurnal. Dengan cara apa pun, isi artikel dan iklan yang diterbitkan dalam Widya Aksara adalah tanggung jawab tunggal dan eksklusif masing-masing penulis dan pengiklan.