Nilai Estetika Tumpeng Jawa
Abstract
Masyarakat Jawa memiliki kebiasaan dan tradisi yaitu membuat Tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa misalnya perayaan Kelahiran, upacara Perkawinan, upacara Bersih Desa dan lain-lainnya, Tumpeng merupakan bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional yang merupakan wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa Kalau masyarakat Jawa memiliki hajad menyajikan Tumpeng maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta agar terhindar dari pengaruh tidak baik serta memperoleh kemuliaan. Nasi Tumpeng yang dibuat oleh masyarakat Jawa pada suatu acara tertentu bukan hanya sekedar makanan dengan tampilan yang menarik yang berwarna-warni bentuknya dan rasa yang lezat, namun semua itu memilik Nilai dan memiliki makna Filosofis dalam kehidupan manusia khusunya masyarakat Jawa yang sudah mempercayainya. Dari berbagai macam bentuk Tumpeng masing-masing memiliki makna sendiri-sendiri itu semua sesuai dengan keperluannya. Nasi Tumpeng yang dilengkapi berbagai macam lauk pauk semuanya itu mengandung makna dan memiliki fungsi. Sesuai dengan jenis-jenis tumpeng misalnya Tumpeng Robyong, Tumpeng Nujuh Bulan, Tumpeng Pungkur, Tumpeng Nasi Kuning, Tumpeng Nasi Uduk, Tumpeng Seremonial dan lain-lainnyayang memiliki variasi yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang membuat Tumpeng sebagai kelengkapan Tumpeng diberi Lauk Pauk sesuai dengan keperluannya. Nasi Tumpeng memiliki Nilai Estetika. Nasi Tumpeng juga memiliki makna yaitu Hubungan dengan Agama dan Ketuhanan, hubungannya dengan Alam semesta dan memiliki hubungannya dengan Sosial Kemasyarakatan ini semua untuk menuju keseimbangan hidup seseorang dalam menciptakan suasana yang aman damai dan sejahtera.
References
Machan Tibor R, 2006 Kebebasan dan Kebudayaan, Yayasan Obor Indonesia,
Heraty Toeti, 1984 Aku Dalam Budaya, Pustaka Jaya,
Koentjaraningrat, 1987 Sejarah Teori Antropologi I, Universitas Indonesia,
U.Zainuddin, H,Drs, 1980 Sistem Budaya Idonesia, STIA Bandung
……………….2000 Teori tentang Simbol, Denpasar, Widya Dharma
Adeney,Bernard T, Etika Sosial Lintas Budaya, Yogyakarta, Kanisius
Sunjata, I W Pantja,dkk 2005 Upacara Tradisional di Kabupaten Klaten, Semarang: Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Dinas Kebudayaan.
Wiana, I ketut, 2004, Makna Upacara Yadnya Dalam Agama Hindu, Surabaya : Paramita
Penulis yang mengirimkan naskah melakukannya dengan pengertian bahwa jika diterima untuk publikasi, hak cipta dari artikel tersebut akan diserahkan ke Widya Aksara sebagai penerbit jurnal.
Hak cipta mencakup hak eksklusif untuk mereproduksi dan mengirimkan artikel dalam semua bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahannya. Reproduksi bagian manapun dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan pengirimannya oleh segala bentuk atau media, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., Hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Widya Aksara. Namun, Penulis memiliki hak untuk yang berikut:
1. Duplikat semua atau sebagian dari materi yang diterbitkan untuk digunakan oleh penulis sendiri sebagai instruksi kelas atau materi presentasi verbal di berbagai forum;
2. Menggunakan kembali sebagian atau seluruh bahan sebagai kompilasi bahan untuk pekerjaan penulis;
3. Membuat salinan dari materi yang diterbitkan untuk didistribusikan di dalam institut tempat penulis bekerja.
STHD Klaten dan Widya Aksara melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data, pendapat, atau pernyataan yang salah atau menyesatkan diterbitkan dalam jurnal. Dengan cara apa pun, isi artikel dan iklan yang diterbitkan dalam Widya Aksara adalah tanggung jawab tunggal dan eksklusif masing-masing penulis dan pengiklan.