Peran Perempuan Dalam Era Globalisasi

  • Setyaningsih

Abstract

Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama sebagai makhluk paling mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Namun, dalam masyarakat di berbagai tempat terdapat perbedaan pandangan tentang status perempuan sehingga muncul konstruksi yang berbeda-beda mengenai kedudukan perempuan. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pandangan tersebut, seperti pelabelan yang dikaitkan dengan sifat ataupun fisik laki-laki dan perempuan. Misalnya, laki-laki dikonsepsikan sebagai makhluk yang lebih kuat jika dibandingkan dengan perempuan. Dari segi fisik atau biologis laki-laki lebih kekar dan tegap sehingga diasumsikan lebih memiliki kekuatan  dibandingkan dengan perempuan. Pada akhirnya, gambaran kondisi fisik seperti itu mempengaruhi konsep pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dikonsepsikan bekerja di luar rumah atau wilayah publik, sedangkan wanita dikonsepsikan bekerja dalam bidang yang terkait dengan urusan di dalam rumah tangga atau wilayah domestik. Lebih jauh keutamaan seorang perempuan atau wanita di dalam kitab suci Veda dinyatakan memiliki sifat innovatif, cemerlang, mantap, memberi kemakmuran, diharapkan untuk cerdas menjadi sarjana, gagah berani dan dapat memimpin pasukan ke medan pertempuran dan senantiasa percaya diri. Dari pandangan tersebut di atas, bila kita mengkaji bahwa peserepsi masyarakat Hindu tentang perempuan adalah sama-sama mulia, sama-sama memiliki potensi dan fungsi sesuai dengan kodrat dan tanggung jawabnya masing-masing, artinya seorang perempuan bila mampu mengembangkan potensinya dengan baik, mampu melaksanakan swadharmanya dengan baik maka wanita benar-benar mendapatkan penghargaan yang sangat mulia.

References

1. Atmadja. 1998. Pelabelan Seks dan Gender: Dekonstruksi Proses Menjadi Wanita Melalui Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Bali. IKIP Negeri Singaraja. Denpasar
2. Darwin. 2005. Negara dan Perempuan.Yogyakarta: CV. Adipura.
3. Dzuhayatin. 2002. Rekonstruksi Metodologis Wacana Kesetaraan Gender dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4. Gandhi. 2002. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
5. Habsjah. 2005. Dampak Pembakuan Peran Gender terhadap Perempuan Kelas Bawah di Jakarta. Jakarta: LKiS.
6. Humm. 2002. Ensiklopedia Feminisme.Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
7. Handayani. 2004. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: PT. LKiS.
8. Hadiz. 2005 . Pembakuan Peran Gender dalam Kebijakan – Kebijakan di Indonesia. Jakarta: LBH-APIK
9. Illich. 2002. Matinya Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
10. Ismawati. 2005. Transformasi Perempuan Jawa. Surakarta: Pustaka Cakra
11. Kajeng Dkk. 1999. Sarasamuccaya. Surabaya: Paramita.
12. Kuntjara. 2004. Gender, Bahasa dan Kekuasaan. Jakarta: Gunung Mulia
13. Kadarusman. 2005. Agama, relasi Gender dan feminisme. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
14. Mosse. 2004 . Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
15. Mufidah . 2004. Paradigma Gender. Malang: Bayumedia
16. Pudja.1985. Sarasamuccaya.Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia Dirjen Bimas Hindu dan Buddha
17. Poerwadarminta. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:PN. Balai Pustaka
18. Sura.1993. Pengendalian diri dan Etika Dalam Ajaran Agama Hindu. Jakarta : Hanuman Sakti
19. Sukri. 2001. Perempuan dan Seksualitas dalam Tradisi Jawa. Yogyakarta: Gama Media
20. Titib. 1998. Veda Sabda Suci. Surabaya: Paramita
Published
2019-08-01
How to Cite
Setyaningsih. (2019). Peran Perempuan Dalam Era Globalisasi. Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu, 22(2). https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v22i2.26
Section
Articles