MAKNA TUMPENG DALAM SESAJI JAWA PERSPEKTIF AGAMA HINDU
Abstract
The Indonesian nation is a religious nation. This is reflected in the activities and behaviors of society that embody religious values. As is commonly known, there are still people who practice fasting, asceticism, and abstaining from certain actions or foods. This is evidence that Indonesia is a nation of faith that acknowledges the existence of God. In performing these ceremonies, the Javanese people always offer Tumpeng as a ceremonial medium. There are various types of Tumpeng used by the Javanese, depending on the purpose and intent of the ceremony. This study aims to understand the meaning of Tumpeng from the perspective of Hinduism. The Javanese people regard Tumpeng as a miniature representation of a mountain. Meanwhile, in Hinduism, mountains are considered sacred places as they are associated with Acchallalingga. Tumpeng is a traditional offering of the Javanese community that is commonly found in various ceremonies, such as slametan, kenduri, village cleansing rituals, and thanksgiving events. In modern times, Tumpeng is not only used for sacred ceremonies but also for other celebrations, such as birthdays, thanksgiving events, business openings, and more. The conical-shaped rice is typically placed on a tampah, a circular woven bamboo tray, surrounded by various side dishes and vegetables. Tumpeng symbolizes a mountain, but in reality, not everyone understands that mountains hold symbolic significance in Javanese traditions. Upon closer examination, Tumpeng, lingga, and mountains share the same conceptual framework: Tumpeng is placed on a tampah, lingga rests on yoni, and mountains stand upon the ocean.
References
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hermawan, Asep, Dr, M.Sc. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis,Desertasi,:. Jakarta Ghalia Indonesia
Saifullah, Ali, Drs, H.A. 1981. Pendidikan Pengajaran & Kebudayaan, : Surabaya Usaha Nasional.
Surayin, Ida Ayu Putu, 2004. Melangkah Ke arah Persiapan Upakara-Upacara Yajna, Surabaya.Paramitha.
Tim Penyusun,2003, Intisari Ajaran Hindu, Surabaya. Paramitha
Wiana, Ketut, Dkk, 1985. Acara III. Jakarta, , Mayasari
Copyright (c) 2025 Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang mengirimkan naskah melakukannya dengan pengertian bahwa jika diterima untuk publikasi, hak cipta dari artikel tersebut akan diserahkan ke Widya Aksara sebagai penerbit jurnal.
Hak cipta mencakup hak eksklusif untuk mereproduksi dan mengirimkan artikel dalam semua bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahannya. Reproduksi bagian manapun dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan pengirimannya oleh segala bentuk atau media, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., Hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Widya Aksara. Namun, Penulis memiliki hak untuk yang berikut:
1. Duplikat semua atau sebagian dari materi yang diterbitkan untuk digunakan oleh penulis sendiri sebagai instruksi kelas atau materi presentasi verbal di berbagai forum;
2. Menggunakan kembali sebagian atau seluruh bahan sebagai kompilasi bahan untuk pekerjaan penulis;
3. Membuat salinan dari materi yang diterbitkan untuk didistribusikan di dalam institut tempat penulis bekerja.
STHD Klaten dan Widya Aksara melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa tidak ada data, pendapat, atau pernyataan yang salah atau menyesatkan diterbitkan dalam jurnal. Dengan cara apa pun, isi artikel dan iklan yang diterbitkan dalam Widya Aksara adalah tanggung jawab tunggal dan eksklusif masing-masing penulis dan pengiklan.