BENTUK DAN MAKNA BANTEN PEJATI PADA UPACARA SUCI DIPURA WAIKUNTA VIOMANTARA YOGYAKARTA

Authors

  • Ni Made Widiarti Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah
  • Winarsih Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah

DOI:

https://doi.org/10.54714/jd.v3i1.47

Abstract

Banten dalam agama Hindu adalah bahasa agama. Banten setiap daerah dibuat terkadang tidak
sama bentuknya, tetapi tujuan yang diharpakan sama, yakni untuk mengungkap rasa terima kasih
kepada Tuhan dengan berbagai sebutanNya. Banten Pejati bagi orang Hindu khususnya dari Bali
memiliki makna penting dalam setiap kegiatan upacara agama. Kegiatan upacara di pura Vaikunta
Viomantara, selalu menggunakan banten Pejati. Mengapa mereka menggunakan banten Pejati
setiap kegiatan upacara suci di pura Vaikunta Viomantara? Dalam tulisan ini akan disajikan apa
saja makna banten Pejati.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian Kwalitatif Penggalian data
digunakan melalui metode Oberfasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil yang peroleh bahwa
banten Pejati Bentuk dari pada banten pejati pada dasarnya adalah satu kesatuan atau rangkaian
yang terdiri dari daksina, penyeneng, peras, tipat kelan, Dengan memahami bentuk dan makna
Banten Pejati ini dengan secara otomatis setiap melakukan upacara yadnya maka dengan senang
hati masyarakat akan mempersembahkan sebuah banten pejati. Makna banten sesaji sangat luar
biasa sehingga dalam setiap umat hindu melaksankan upacara/membakti banten pejati ini pasti
digunakan dan sebagai banten yang utama dan banten pejati dapat dihaturkan dimana saja dan
untuk keperluan apa saja . Banten pejati yang sering juga disebut banten peras daksina yang
dihaturkan kepada: a) Daksina kepada Sang Hyang Brhma, b). Peras kepada Sang Hyang Iswara,
c)..Ketupat kelaman kepada Sang Hyang Visnu, d). Ajunan kepada Sang Hyang Mahadewa.

References

Mpu Jaya Wijayananda, Ida Pandita,2003.”Tetandingan lan sorohan bebanten”. Surabaya

Paramita.

Mpu Jaya Wijayananda,Ida Pandita, 2004.” Makna Filosofis Upacara dan Upakara dalam

Upakara Dalam Kehidupan. Surabaya: Paramita.

Ni Made Erlina Sari, I. N. S. (2021). Implementasi Ajaran Tri Hita Karana Di Masa Pandemi

Covid-19 Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Dwipa, 2(2), 97–108.

https://doi.org/https://doi.org/10.54714/jd.v2i2.40

Santiawan, I. N. (2019). Persembahyangan Purnama Dan Tilem Sebagai Moment Strategis

Untuk Peningkatan Sraddha Bhakti Serta Pembinaan Umat Yogyakarta. Widya Aksara,

(2), 1–30. https://ejournal.sthd-jateng.ac.id/index.php/WidyaAksara/article/view/36

Sri Arwati, Ni Made.2000. Banten Pejati. Denpasar: Upada Sastra.

Sujana, I Made. 2008. Pedoman Sarathi Banten . Denpasar Timur: Widya Dharma.

Surayin, Ida Ayu Putu. 2005. Seri I Upakara Yadnya Melangkah Ke Arah Persiapan Upakara

Yajna.Surabaya: Paramita

Wiana, I Ketut. 2001. Makna Upacara Yadnya Dalam Agama Hindu . Surabaya: Paramita.

Zain, Badudu. 2001 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta

Internet

Jurnal Jawa Dwipa Volume 3 Nomor 1 Juni 2022 25

http://hindu.web.id/banten-pejati-cara-membuat-kajian-filosofis/

http://Simdos. unud.ac.id/uploads/file riwayat penelitian 1 d:r/80

Ca2ff9f4d3358fb2ec8a04efbd6c0.pdf

https://pandejulianawordpress.com/2012/04/09/banten-pejati/

http://kartiadagoes.blogspot. com /2018/06/simbul -dan -makna-banten-pejati 28html

Published

2022-06-30

How to Cite

Ni Made Widiarti, & Winarsih. (2022). BENTUK DAN MAKNA BANTEN PEJATI PADA UPACARA SUCI DIPURA WAIKUNTA VIOMANTARA YOGYAKARTA. Jawa Dwipa, 3(1), 11-25. https://doi.org/10.54714/jd.v3i1.47

Issue

Section

Articles