TARI REJANG DEWA DALAM PERSPEKTIF TRI HITA KARANA SEBAGAI MEDIA PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
DOI:
https://doi.org/10.54714/jd.v3i2.56Keywords:
Tari Rejang Dewa, Pendidikan Karakter, Tri Hita KaranaAbstract
Tari Rejang Dewa merupakan tari wanita yang berfungsi sebagai pembawa sesaji untuk para leluhur dan para Dewa. Menurut tradisi Bali, para penari Rejang Dewa harus gadis yang belum menikah, gerak-gerak tarinya sangat sederhana, lemah gemulai, yang dapat dilakukan secara berkelompok atau masal, dan penuh dengan rasa pengabdian kepada leluhur dan para Dewa. Tari Rejang Dewa merupakan salah satu tarian upacara yang dikenal oleh kalangan masyarakat Bali yang biasa digunakan pada upacara piodalan.
Pendidikan bukan sekedar konsumsi ilmu tetapi juga merupakan investasi produktif dalam masyarakat. Proses pendidikan sejatinya merupakan proses pembudayaan, sehingga pendidikan adalah perjalanan menuju proses pembiasaan. Akan tetapi, sering sekali terdapat kesalahan yang menganalogikan bahwa pendidikan hanya sebatas proses transfer ilmu. Bahkan secara sempit, pendidikan hanya dimaknai secara sempit sebatas pendidikan formal yang terikat oleh institusi resmi. Proses pendidikan yang dirasa mampu menjawab kebutuhan pasar, yakni konsep ‘kolaborasi’ antara pendidikan formal dengan pendidikan non-formal yang merupakan ‘penggalian’ potensi melalui aktualisasi diri. Sinergisitas antara pendidikan formal dan non formal dapat menjadi media dalam pemetaan potensi diri. Dengan demikian sinergisitas keduanya mampu memunculkan keselarasan ‘balancing’ dalam diri pribadi.
Pendidikan non formal yang menjadi dasar dalam pendidikan karakter yaitu pelatihan tari Rejang Dewa pada anak usia dini. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan makna, fungsi, dan media pendidikan yang menjadi acuan nilai-nilai pendidikan karakter dikarenakan di dalamnya terdapat berbagai pesan moral, gagasan yang terkonsep pada Tri Hita Karana.
References
Bandem, I Made dan Fredik Eugene Doboer. 2004. Kaja dan Kelod, Tarian Bali dalam Trasisi. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.
Jazuli, M. 1994. Seni Tari Sebuah Materi Praktis Bagi Guru. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret.
Kemendiknas, 2012. Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Ni Made Erlina Sari, I. N. S. (2021). IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA DI MASA PANDEMI COVID-19 DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Jawa Dwipa, 2(2), 97–108. https://doi.org/https://doi.org/10.54714/jd.v2i2.40
Pudja.2013. Bhagawad Gita (Pancama Veda). Surabaya: ParamitaSenen, I Wayan. 2005. Perempuan dalam Seni Pertunjukan di Bali. BP ISI Yogyakarta.
Sedyawati, Edi. 1984. Tari: Tinjauan dari berbagai segi. Jakerta: Dewan Kesenian Jakarta.
Suda, I Ketut.2018. Membentuk Karakter Anak. Denpasar: P.T. Japa Widya Duta.
Surayin. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya
Surayin, Ida Ayu Putu.2005.Melangkah Ke Persiapan Upakara-Upakara Yadnya. Denpasar: Upada Sastra
Soedarsono. 1972. Djawa dan Bali. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi, dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
https://www.kompasiana.com/sarie/552c0b236ea834f8328b4577/syarat-dipentaskannya-tari-rejang-dewa