PERAN PENYULUH AGAMA HINDU NON PNS TERHADAP PENDIDIKAN DAN SRADHA GENERASI MUDA HINDU DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOYOLALI
DOI:
https://doi.org/10.54714/jd.v2i1.39Keywords:
Kata Kunci : Peran, Penyuluh Agama Hindu Non PNS, Generasi Muda HinduAbstract
Penyuluhan Agama Hindu adalah suatu kegiatan memberi sesuluh atau penjelasan ajaran agama Hindu dalam rangka pembinaan umat agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Hindu dengan kualitas dan kwantitas yang lebih baik. Seorang penyuluh dapat berfungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Tugas pokok dari seorang penyuluh agama yaitu melaksanakan penyuluhan untuk membina mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, pembentukan budi ekerti luhur, sebagai landasan hidup beragama, berbangsa dan bernegara.
Penelitian ini membahas tentang kondisi Penyuluh Agama Hindu di Provinsi Jawa Tengah, Sasaran dan wilayah binaan Penyuluh Agama Hindu Non PNS di Kecamatan Tamansari Kabupaten Boyolali, Metode yang digunakan dalam penyuluhan, peran Penyuluh terhadap Pendidikan dan Sradha umat Hindu, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam penyuluhan. Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan metode pengumpulan data, metode observasi, metode wawancara, metode kepustakaan dan pendokumentasian. Kemudian data tersebut di analisa secara diskriptif interpretative menggunakan pendekatan konsep dan seperengkat teori yaitu Teori Fungsionalisme Struktural, Teori Interaksionisme Sosial dan Teori Peran.
Secara umum diketahui bahwa di Provinsi Jawa Tengah memiliki 78 Penyuluh Agama Hindu, 3 Penyuluh PNS dan 75 Penyuluh Non PNS yang tersebar di 23 Kabupaten/Kota. Penyuluh Agama Hindu Non PNS wilayah Kecamatan Tamansari telah melaksanakan kegiatan Penyuluhan pada semua jenjang usia dari anak-anak, Remaja dan Orang Tua. Metode yang digunakan untuk melakukan penyuluhan yaitu dengan Metode Sad Dharma dengan Lokasi Pembinaan di Pura Bhuana Puja, Pasraman Bhuana Puja, Pura Satya Dharma, Pura Yasa Dharma, Paguyuban KORPRI Kecamatan Musuk. Pembagian wilayah binaan telah disepakati oleh masing-masing Penyuluh Agama Hindu Non PNS di Kecamatan Tamansari Agus Sugiyono di Pura Satya Dharma, Agung Puji Widoyo di Pura Yasa Dharma, Wiyono dan Purwani di Pura Bhuana Puja.
Peran Penyuluh Agama Hindu Non PNS dalam meningkatkan Pendidikan dan Sradha Generasi Muda Hindu diarahkan kepada Peningkatan Pendidikan Siswa Sekolah, Peningkatan Mental dan Spiritual Generasi Muda Hindu, Meningkatkan Pengetahuan Agama Hindu dan Keimanan Umat, Melestarikan Kebudayaan, Melakukan Kaderisasi Terhadap Tokoh-tokoh Hindu, dan Meningkatkan Kerukunan antar umat Hindu.
Kendala yang dihadapi oleh Penyuluh Agama Hindu Non PNS secara umum dibagi menjadi dua yaitu pada kondisi wilayah binaan yang tergolong jauh dari tempat tinggal Penyuluh, sehingga kurang maksimal dalam melakukan penyuluhan sehingga agar semua kegiatan dapat terlaksana maka dijadwalkan dengan baik dalam pengaturan waktu. Kendala yang kedua adalah melibatkan kurangnya kesadaran anak muda dalam mengikuti pembinaan sehingga terkesan tidak serius dalam mengikuti pembinaan, serta umat yang kurang memahami Bahasa Indonesia membuat Penyuluh belajar ulang dalam menghadapi Umat Hindu.
References
Adhi, Ryanandha, 2005. “ Pola dan Metode Pembelajaran dan Pasraman Mertasari dalam Upaya Peningkatan Spiritual Remaja Hindu di Desa Trimurjo Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi : STHD Klaten
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosudur penelitian Suatu Pendekatan Praktek ( Edisi Revisi 5), Jakarta: Renika Cipta.
Badudu-Zein, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Pustaka Harapan Indonesia.
Dep Dik Nas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka
Dimiyati-Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rika Cipta
Lastra, I Nyoman, 2020. Peran Penyuluh Agama Hindu dalam Penguatan Moderasi Agama. Semarang (Makalah Pembinaan Pengembangan Program Penyuluhan)
Lestari, Nani. 2009. Pengaruh Pinandita Terhadap Umat Hindu di Pura Marga Loka Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten. Skripsi : STHD Klaten Jawa Tengah
Mardwiatmoko. 2007. Peranan Pemuka Agama Hindu Dalam Pembinaan Umat Hindu Di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Skripsi : STHD Klaten.
Iqbal, hasan. 2002 pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Indonesia: Gahilia
Kaelan, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat, 1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembagunan. Jakarta: gramedia.
Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Marzoeki, Djohansjah, 2000. Budaya Ilmiah dan filsafat Ilmu. Jakarta: grasindo
Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.
Narbuko,Cholik. 2001. Metodologi penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Nasir, Moh, 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.
Netra, IB.1974. Diklat Metodologi Penelitian, FakultasKeguruan dan ilmu Pendidikan : UNUD Singaraja
Poerwadarminta, WJ.S. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Pudja, Gede, 2003. Bhagawad Gita. Surabaya : Paramita.
Ratna, I Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penulisan Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Riduawan, 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. An Bandung: Alfabeta.
Ritzer, George, 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : PT Raja Grafindo Pesada.
Sifullah, Ali, 1981. Pendidikan pengajaran dan kebudayaan, Surabaya : Usaha Nasional.
Sudikan, Setya Yuwana. 1989, Penuntun Karya ilmiah, Semarang : Aneka Ilmu
Sugiman, I. N. S. (2020). KINERJA PENYULUH AGAMA HINDU NON PNS DITIJNAU DARIFUNGSI PENYULUH DI MASA PANDEMI COVID-19. Widya Aksara, 25(2), 153–163. http://ejournal.sthd-jateng.ac.id/index.php/WidyaAksara/article/view/120/57
Wiana, I Ketut, 1997, Beragama Bukan Hanya Di Pura, Denpasar, Yayasan Dharma Naradha