IMPLEMENTASI PEMBACAAN BHAGAWAD GITA DALAM MENINGKATKAN SRADHA DAN BHAKTI TERHADAP PESERTA DIDIK DI PASRAMAN INDRAPRASTA MUTIHAN SURAKARTA
DOI:
https://doi.org/10.54714/jd.v1i2.28Keywords:
Bhagawad Gita, teknik pembacaanAbstract
Bhagawad Gita sebagai Weda kelima adalah karena Bhagawadgita sendiri adalah salah satu bagian dari Mahabharata, salah satu epos terbesar dalam agama Hindu. Di dalam penjelasan Dr. Max Muller bahwa dari Atharwa Weda timbul Weda kelima dalam bentuk Itihasa dan Purana. Adapun yang tersebut Itihasa adalah dua Epos terbesar dalam agama Hindu yang merupakan semacam perjanjian lamanya agama Hindu. Kedua epos terbesar adalah Ramayana dan Mahabharata. Kitab Bhagawad Gita adalah bagian dari Udhyoga Parwa dari Mahabharata sehingga dapat disimpulkan bahwa Bhagawad Gita adalah bagian terkecil dari Weda kelima. Pentingnya kitab Bhagawad Gita ini adalah karena isinya merupakan ajaran puncak Agama Hindu yang secara umum Bhagawad Gita adalah satu suplemen dalam mempelajari kitab Catur Weda atau Sruti. Sebuah pembacaan kitab yang dilakukan dengan cara dilantunkan tentunya akan mendapat sentuhan musikal di dalamnya, baik berupa nada yang dihasilkan dari vokal yang berdiri sendiri,maupun pembacaan kitab dengan iringan instrumen musik. Konsep penyajian, penataan komposisi garap, dan penalaran gaya yang digunakan menjadi hal yang penting dalam sajian tersebut,mengingat bahwa”lagu” yang dibawakan adalah teks dari sebuah kitab suci sebagai bagian dari bhakti dalam upacara ritual keagamaan. Jika ditarik masuk ke sejarah Hindu, ada catatan yang menjelaskan sejak kapan ekspresi musikal ini mulai digunakan dalam upacara ritual keagamaan. Pembagian babak perkembangan pembacaan kitab sebagai bagian dari ritual agama Hindu. Implementasi pembacaan mantra Bhagawad Gita sangat berpengaruh terhadap perilaku peserta didik Bhagawad Gita dapat mengubah tingkah laku peserta didik menjadi sangat baik. Manfaat dari pembacaan Bhagawad Gita yaitu para peserta didik memiliki nilai sifat kejujuran, kebenaran, keberanian, kepahlawanan, ketabahan, ketetapan hati, hidup sederhana, hidup penuh semangat, bisa mengendalikan diri, memiliki kebijaksanaan yang mantap, tidak mencari kesalahan orang lain, rendah hati, pantang seksual, memiliki sifat pengampun, welas asih, bersahabat dan kesabaran, Satyam Siwam Sundaram.
References
Daryanto, Joko. 2001.Keberadaan Karawitan Di Keraton Kasunanan Surakarta 1980-1998.
Diyono, B. .. 1991. Tuntunan Lengkap Sekar Mocopat. Surakarta: Cendrawasih.
Suasthi dan Suastwa. 2008. Psikologi Agama. Denpasar: Widya Dharma
Pendit, S. Nyoman. 1967. Bhagawad Gita. Jakarta: Departemen Agama RI.
Saputra, Karsono H. 1992. Pengantar Sekar Macapat. Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.
Supanggah, Rahayu. 2009. Bothekan Karawitan II Garap. Surakarta: ISI Surakarta Press.
Sutarto. 2006. Panduan Utsawa Dharmagita.
Tim Penyusun. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP UNY.
TL Vaswani.1966. Bhagawad Gita. Jakarta: Yayasan Shanti.
Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Non Formal, Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar (PKBM). Bandung : Penerbit Alfabeta.
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Membidik Anak di Zaman Modern. Jakarta: PT Grasindo Suhardana, K. M. 2006. Pengantar Etika dan Moralitas Hindu,Paramita.Surabaya
Masnur, Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tntangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.